Klise tetapi kenyataannya kalimat itu diputus dengan fakta yang ada. Sembunyi-sembunyi kamu dan nyaris kita masih mengharap punyai upah atau pendapatan yang semakin besar dari saat ini. Argumen apalagi jika bukan keperluan yang rasanya tidak pernah memberikan kepuasan keinginanmu yang makin lama malah makin banyak penginnya. Rasa tidak pernah senang sesungguhnya manusiawi sekali. Tetapi ingin sampai kapan kamu lagi mengikuti ego yang selanjutnya cuman menyusahkanmu.
Bagaimana tidak menyusahkan jika ini membuat sebagian orang siap menghalalkan semua langkah untuk memenuhinya. Kamu sendiri makin kerap memperbandingkan apa didapat saat ini, sampai lupa untuk sebatas mensyukurinya. Walau sebenarnya upah kecil bukan bermakna hatimu turut sempit. Minimal banyak hal ini perlu kamu ingat baik.
Berandai memang gampang, tetapi selanjutnya itu untukmu capek. Seperti naiki tangga tetapi sayang maksudnya tidak terang. Membuat kamu cuman lagi menajak dan menajak, dengan 1 kecemasan. Bagaimana jika tangga yang menjadi injakan harapanmu roboh sebab pukulan fakta yang lebih kuat? Ingin sampai kapan kamu menganiaya diri kamu dengan pengandaian yang tidak terang juntrungannya?
Toh sekarang ini yang perlu kamu berpenghasilan sendiri. Di umur yang cukup muda kamu, tidak perlu kembali minta orang-tua. Sekalinya mereka sanggup dan berkecukupan untuk membayar seluruh kepentingan dan kesenanganmu. Tidakkah berpenghasilan sendiri telah membuat kamu punyai kebanggaan tertentu? Bahkan juga orangtuamu juga senang denganmu yang dipandang mulai dapat berdikari secara keuangan.
Manusia memang tidak pernah senang. Penginnya bukan sebatas cukup, tetapi harus lebih serta lebih. Seakan suatu hal yang berembel-embel lebih itu agunan untuk berbahagia. Walau sebenarnya berbahagiamu tidak dapat bila cuman diukur oleh materi yang diri kamu dapatkan. Lakukan beberapa hal yang membahagiakan dan tentunya memberikan faedah, seperti hoby. Siapa tahu hobymu ini bisa saja kebun pendapatan baru.
